Welcome to the jungle


Selamat datang di blog IMUD, komunitas para penggemar turing roda dua di Balikpapan. Bebas tanpa ikatan namun lekat dalam persaudaraan. So, let's fire up the engine. Burn the wheels. Ride with pride and respect.

It's not about what you ride. It's not about what you wear. It's not about what you do. It's about BROTHERHOOD.

If you want to GO FAST, go alone.
If you want to GO FAR, GO TOGETHER
- Robin Jones Gunn -

























Tuesday, 2 January 2024

Ngumpul Ngopi Ngegas 2023




Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Banyak yang telah terjadi dan terlewati. Covid 19 yang memaksa kita mengurung diri. Pekerjaan yang membuat jarak antara kita. Dan tentu saja berpulangnya brader kita alm. Pakbro Jun yang meninggalkan duka sangat mendalam.

Mengakhiri tahun 2023 dan menyambut 2024, akhirnya beberapa IMUDer berkesempatan riding dari Jogja - Telomoyo - Dieng - Puwerojo dan kembali ke  Jogja lagi selama dua hari, 30 - 31 Desember 2023. Dari Balikpapan ada Bro Dodo, Bro Adhy, ombro Widi kali ini bersama Nyonya dan ombro Chief Sunaryadi yang sudah terlebih dahulu riding dengan Inazuma sejak tanggal 21 Desember. Dari Bandung ada Pakbro Saleh dan juniornya. Dari Malang masbro Bayu meluncur. Tentu saja tuan rumah Jogja ada pakbro Bagus Saleh dan Nyonya yang  nge-host sekaligus penunjuk jalan.

29 Desember malam, tim berkumpul sambil ngopi di kopi Mbatik, Jl.Sinduadi Sleman. Aaahh senang rasanya berkumpul kembali setelah sekian lama nggak bertemu. Sedikit hujan turun mengingatkan kalo bulan Desember itu ya baiknya di rumah aja, nggak usah motoran. Tapi itulah enaknya naik motor, hujan nggak kepanasan, panas nggak kehujanan.



Sabtu 30 Desember, jam 6 pagi dari penginapan Reddoorz Syariah Babadan Baru, tim sudah lengkap. Pakbro Bagus Saleh dan Nyonya dengan Kawasaki W-800 merah kesayangannya. Pakbro Sunaryadi dengan Suzuki Inazuma hitam yang gagah full bagasi. Sementara yang lain juga telah siap dengan motor sewaan. Pakbro Saleh, bro Adhy dan bro Dodo dengan Honda Adv. Ombro Widi naik Yamaha Nmax. Masbro Bayu nampaknya cukup pasrah dengan Honda Scoopy mungil yang baru buka bungkusnya. It's ok lah. Ada yang bilang nggak penting apa motornya tapi dengan siapa ridingnya.

Rute hari ini adalah dari Jogja ke Telomoyo via Dalangan dan finish di Dieng. Sebelumnya singgah sarapan Sop Senerek Pak Parto yang sedapnya puoll di jl.Ikhlas Sub Terminal Lama Magelang. Hari masih pagi ketika sampai puncak Telomoyo melalui jalan yang curam mendaki dan berkelok kelok cukup menantang. Tapi sepanjang perjalanan menuju puncak jalanan sudah penuh dengan para pemburu matahari terbit. Ternyata di puncak Telomoyo, 1894 MDPL pemandangan tertutup kabut tebal sehingga seperti berada dalam studio foto dengan background putih. Langsung saja jepret sana jepret sini mengabadikan moment. 

Setelah itu lanjut melewati kota Magelang hingga masuk Wonosobo lewat tengah hari. Rehat sejenak makan siang yang nikmat di Rumah Makan Bu Carik yang lejen itu. Setelah check in dan istirahat sebentar di hotel Sri Kencono Wonosobo, sekitar jam 3 sore tim lanjut menuju kawasan Dieng. Walopun mendung cukup tebal dan jalanan cukup padat, tetap tidak menghalangi keseruan riding kali ini. Segelas kopi plus seporsi mi Ongklok cukup menghangatkan badan. Menjelang maghrib tim kembali dari Dieng menuju hotel ditemani hujan yang turun cukup deras. 



























Minggu 31 Desember, rute pulang kembali ke Jogja via Kaligesing Purworejo melewati Kulon Progo hingga finish kembali ke penginapan. Langit Wonosobo masih sedikit mendung. Sesekali rintik hujan turun. Check out sekitar pukul 7.30 dari hotel menuju Warung Enthog Bu Siti di Kalijajar. Sarapan di sini serasa makan di rumah kampung halaman dengan hidangan special daging enthog. Tamu bebas makan di mana saja, di dapur, di ruang tamu dengan suasana khas rumah desa. Masaknya pun masih dengan kayu bakar.

Selepas sarapan langsung gas menuju Purwerejo melewati perkampungan durian di Kaligesing. Tak menunggu lama 6 buah durian habis dalam sekejap. Jalan menanjak berkelok-kelok menambah keasyikan riding hingga tiba di Kopi klotok Manoreh di  Kulon Progo untuk rehat dan makan siang. Bangunan Joglo dengan pemandangan hijau persawahan memanjakan mata membuat tim nyaman berlama-lama di sini, sambil ditemani kopi dan aneka jajanan khas. Dan akhirnya Pakbro Saleh memisahkan diri karena harus mengejar kereta untuk kembali malam ini ke Bandung, sedangkan tim masih melanjutkan kembali ke  Jogja.














Alhamdulillah. Sungguh dua hari yang luar biasa, karena bisa kembali Ngumpul, Ngopi  Ngegas lagi bersama para IMUDer merekatkan persaudaraan setelah sekian lama terpisah. Selalu ada cerita di setiap perjalanan. Sampai ketemu lagi di aspal dan rute yang berbeda dan…Selamat Tahun Baru 2024.


Tuesday, 16 May 2023

RIP (Ride In Peace) - In Memoriam Kaka Ketua

 



Sabtu, 13 Mei 2023 pagi.

Langit sedikit mendung. Mentari yang biasanya sudah bersinar terang, pagi ini entah mengapa tak nampak dan bersembunyi di balik awan. 

Bagai tak percaya membaca rentetan ucapan duka cita di grup WA IMUD. Pakbro Junaidi Imud sejati 60 - begitu dia menyebut dirinya dengan bangga - sang kaka ketua telah berpulang. Tanpa ada sedikit tanda atau pesan apapun.

Di rumah duka di kawasan Sumber Rejo 3,  beberapa rekan IMUD nampak hadir untuk menyampaikan rasa duka cita dan doa hingga mengantarkannya ke tempat peristirahatan terakhir di kuburan muslimin km 1/2 Rapak.

Semua nampak tak percaya dengan kenyataan yang ada. Namun itulah hidup. Manusia berencana, Tuhan yang menentukan. 

Selayaknya berkendara di atas roda dua menyusuri aspal, tentulah akan sampai juga di ujung perjalanan. Dan hari ini, di usia 63 tahun Pakbro Ketua telah sampai di akhir perjalannya. Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Semoga engkau mendapat tempat terbaik di sisiNYA. Amin.

Terima kasih telah bersedia mengomandani IMUD dan mengisi hari-hari di atas roda dua bersama. Engkau telah tiada, tapi kenangan indah dan persaudaraan selalu ada. Selamanya.

Selamat jalan brader.

Ride In Peace.


Friday, 25 March 2022

Ride 2 Celebes bersama ION Kaltim


 




Setelah sekian lama menahan hasrat turing luar pulau, karena waktu dan suasana PPKM akibat covid 19 ini, akhirnya si Inazuma hitam bisa keluar kandang lagi. Kali ini tidak ditemani brader IMUD tapi bersama para biker ION (Inazuma Owner Netwok) Kalimantan Timur, bro Ikhsan dan bro Alam, plus  bro Gandhi yang bela-belain nebus Inazuma dari Parepare. Rute memutar sepanjang pesisir pantai pulau Sulawesi bagian Tengah dan Utara, dari Palu ke Menado kembali ke Palu melalui pesisir pantai Selatan Sulawesi Utara dan pesisir Timur Sulawesi Tengah dengan jarak tempuh tak kurang dari 2.300 km. Sebenarnya wacana turing ini sudah jauh-jauh hari tapi sempat tenggelam seiring beberapa rekan biker IMUD juga ION yang tidak bisa meninggalkan kesibukannya, juga kendala aturan perjalanan yang sangat ketat apabila keluar daerah apalagi keluar pulau. Tetapi tiba-tiba ada ajakan dari Bro Ikhsan dan Bro Alam untuk turing ke Sulawesi Selatan, tetapi akhirnya rute diubah menjadi Palu – Menado-Palu.



Menjelang hari H, ada ketentuan baru yang menghapus aturan tes antigen untuk perjalanan laut dan udara. Alhamdulillah...padahal sudah bersiap-siap untuk tes antigen sebelumnya.

Kamis 10 Maret 2022. Waktunya berangkat. Sehari sebelumnya bro Gandhi sudah berangkat terlebih dahulu untuk menjemput Inazumanya di Parepare dan lanjut solo riding untuk bertemu di Palu. Sekitar jam 2 siang lewat 3 inazuma, bro Dodo, bro Ikhsan dan bro Alam meluncur ke pelabuhan ferry Kariangau. Tiket Kariangau-Taipa ditebus seharga 435 ribu dengan sedikit perdebatan karena aturan yang agak abu-abu. Cukup lama menunggu sebelum akhirnya kapal ferry Laskar Pelangi tujuan Pelabuhan Taipa Palu diberangkatkan sekitar jam 6 sore. Kapal cukup besar dengan 3 dek. Dek pertama untuk kendaraan roda empat dan roda dua. Dek kedua adalah area dapur dan area terbuka yang luas dijadikan tempat tidur para penumpang. Ada yang membawa terpal, tikar, dan perlengkapan tidur lainnya. Sedangkan dek ketiga merupakan ruang penumpang dengan tempat duduk. Cuaca cukup cerah, namun menjelang tengah malam, hujan turun dan angin bertiup cukup kencang.

 


KM Laskar Pelangi

Menyusuri Pantai Barat Sulawesi Tengah ke Menado

Jumat 11 Maret. Menikmati matahari terbit dari laut lepas merupakan keindahan tersendiri. Setelah berlayar sekitar 22 jam, akhirnya jam 4 sore kapal mulai merapat. Turun dari kapal, surat jalan kendaraan diperiksa di pos pelabuhan, langsung meluncur meninggalkan pelabuhan Taipa dan berhenti sejanak untuk makan siang yang kesorean. Tak sengaja di warung bertemu bro Dede biker Samarinda yang bekerja di Palu. Tanpa membuang waktu kemudian lanjut riding hingga rehat dan bermalam di penginapan Bintauna di Sirenja, sekitar 75 km dari Taipa. Dari cerita ibu pemilik penginapan, di Sirenja merupakan pusat gempa 2018 lalu. Ajaibnya rumah penginapannya masih berdiri kokoh, walaupun bangunan sekitarnya porak poranda.

Sabtu, 12 Maret. Seharusnya sesuai rencana Bro Gandhi sudah sampai Palu untuk bergabung. Info terbaru ada masalah teknis di kendaraannya dan harus diperbaiki di Suzuki Palu. Selain itu juga ada urusan kantor yang mendadak harus diselesaikan sehingga harus kembali ke Balikpapan lebih cepat. Diputuskan untuk melanjutkan perjalanan tanpa bro Gandhi. Sedangkan Bro Gandhi mengubah jalur ridingnya menuju Toraja menyesuaikan waktu yang ada. Padahal bro Gandhi sudah riding non stop 700an km sehari dari Parepare ke Palu. Tapi itulah hidup, manusia berencana Tuhan menentukan.

Menyusuri pesisir pantai Sirenja pagi hari diiringi rintik hujan, nampak jelas sisa-sisa reruntuhan bangunan akibat gempa. Di beberapa tempat aspal jalan banyak yang berlubang dan tertutup pasir pantai. Mungkin sisa hujan semalam. Jalanan lurus kadang berliku-liku membelah pantai dan perbukitan. Menjelang senja, rombongan memasuki gerbang kota Toli-toli. 

Sore ini cuaca kurang bersahabat. Rintik hujan masih mengiringi sepanjang jalan. Maksud hati ingin riding hingga menemukan penginapan terdekat, tapi info dari biker Satria yang tiba-tiba muncul – ternyata sudah menunggu sejak sore hari karena dapat kabar dari biker STC – bilang bahwa penginapan terdekat masih jauh. Terima kasih bro atas  suguhan kopi panasnya. Setelah isi bensin eceran rombongan kembali melanjutkan perjalanan. Karena elektrik starter Inazuma bro Dodo tiba-tiba ngadat, terpaksa untuk start si Inazuma didorong. Menyusuri gelapnya malam akhirnya tiba di RM Kambugton desa Kapas, jalan poros Buol – Tolitoli untuk makan malam. Berhubung sudah cukup malam, diputuskan untuk menginap di RM tersebut. Alhamdulillah ibu pemilik mengijinkan. Jadilah malam ini tidur di atas bale-bale kayu di teras rumah yang setengah tertutup. Rupanya RM Kambugton ini sudah terbiasa menjadi tempat persinggahan para pelintas roda empat maupun roda dua yang kemalaman, karena ada beberapa orang juga yang menginap tidur di teras rumah. 

Sirenja, Palu










Minggu, 13 Maret. Jam 7 pagi IONer sudah bersiap melanjutkan perjalanan. Target hari ini setidaknya mencapai Popalo sebelum esoknya melanjutkan riding hingga ke Menado. Sebelum start bro Ikhsan sempat membuat kopi sekedar menghangatkan pagi. Cuaca cukup cerah setelah semalam sempat turun hujan. Nggak sempat mandi pagi, langsung gas. Jalan berliku-liku diantara bibir pantai dan perbukitan menciptakan kombinasi pemandangan yang menakjubkan. Tiba-tiba jalan mendaki terus hingga tiba di Puncak Surga Teluk Jaya yang berada di desa Teluk Jaya, Tolitoli Utara. Tak lupa rehat sejenak sambil menikmati pemandangan dan menghirup udara segar. Tentu saja selfie jepret sana sini. Kapan lagi. 

Lanjut perjalanan hingga memasuki kawasan hutan lindung dengan kelokan ekstrim nyaris tiada akhir. Ditambah lagi kondisi jalan yang rusak dan basah dibeberapa bagian. Kombinasi tikungan membentuk huruf S dengan sudut yang sempit dan menanjak tajam membuat para rider harus extra hati-hati menjaga putaran mesin. Karena extrimnya belokan dan tanjakan kadang memaksa rider untuk berpindah gear hingga gigi terendah. Belum sempat menarik gas di depan sudah bertemu tikungan lagi. Akhirnya jalanan mulai normal lagi hingga tiba di gerbang hutan lindung dan rehat di warung yang ada. Walopun hari belum menjelang siang, skalian saja kami memesan menu ikan bakar sekaligus makan siang. Beberapa kendaraan roda empat dari arah Gorontalo atau Menado juga terlihat melewati jalur ini.

Di sebuah belokan seberang jembatan sungai kecil di Paleleh, Buol tampak air terjun Talokan yang lumayan meyejukan mata di siang hari yang cukup panas. Sejenak istirahat menyeruput kopi sambil menikmati suasana sepi jauh dari keramaian. Jalanan nampak lengang, hanya sesekali kendaraan lewat.  Sore hari tiba di gerbang provinsi Gorontalo, kemudian lanjut hingga memasuki Popalo menjelang magrib sambil berhujan-hujan ria berharap menemukan penginapan, tapi ternyata tidak ada. Tiba di Kwandang, pertigaan arah kota Menado dan Kotamubagu baru menemukan penginapan kost RQ untuk bermalam.

RM Kambugton


Puncak Surga Teluk Jaya








Air terjun Talokan di Paleleh, Buol


Batas Sulteng-Gorontalo










Senin, 14 Maret. Cuaca pagi ini cerah. Matahari pagi mulai bersinar. Sebelum meninggalkan Kwandang sarapan nasi kuning dahulu. Selanjutnya langsung gas tujuan Menado menyusuri jalan raya Trans Sulawesi melewati Bolaangitam, Bintauna, Bolaangmongondow, Nonapan, Amurang hingga memasuki kota Menado menjelang magrib. Kontur jalan relatif lebih landai dan bersahabat. Di kota Manado rider ION bermalam di hotel Big Fish di pusat kota.

Penginapan RQ Kwandang



Pantai Babo, Sangtomboang - Bolaangmongondow







senja pinggir kota Menado

Sementara di jalur lain, Bro Gandhi dalam solo ridingnya ke Toraja sempat nyasar hingga ke pelosok negeri antah berantah mengikuti jalur mbah gugel sepanjang pinggiran danau Poso di Tentena. Kejadian serupa pernah terjadi pada rombongan biker IMUD pada 2017 silam. 

Bro Gandhi @ Ketekesu, Toraja

 

Kembali ke Palu menyusuri Pesisir Timur

Selasa, 15 Maret. Sebenarnya rencana semula IONers akan stay sehari di Menado untuk recovery, tapi ternyata rencana berubah. Pagi hari menuju Tomohon sekitar 25 km dari kota Menado untuk silaturahmi dengan omBro Stephen Langitan yang saat ini menetap di kota Tomohon. Sekitar jam 10 pagi rombongan IONer tiba di kediaman omBro Stephen tepat disamping Stadion Tomohon. Suasananya sangat tenang dengan udara Tomohon yang sejuk karena di kelilingi oleh pegunungan. Nampak Suzuki Inazuma merah yang telah melanglang buana terparkir di depan rumah. Hampir dua jam bertukar cerita ditemani kopi Tomohon. Sebelum pamit IONer diberikan oleh-oleh buku “Turing Seorang Diri Jakarta-London 30.000 kilometer” yang ditanda-tangani langsung oleh omBro Stephen. Wah terima kasih banyak sudah mau menerima para IONer Kaltim. Semoga lain kali bisa bertemu lagi.

Dari Tomohon kemudian bergerak menuju Tondano melewati kawasan pasar ekstrim Tomohon. Santap siang di RM Astomi dipinggir danau Tondano sambil mencari penginapan untuk istirahat. Berputar-putar  akhirnya malah riding lagi hingga sampai di Ratahan, Minahasa Tenggara. Malam ini IONer menginap di Penginapan Uta Rengke di pinggir jalan raya Langowan – Ratahan poros Trans Sulawesi.

view dari hotel Big Fish



Hotel Big Fish Menado

Kantor Gubernur Sulut




Titik Nol Menado






Kediaman omBro Stephen Langitan - Tomohon

danau Tondano


Rabu, 16 Maret. Tak terasa sudah hampir satu minggu berada di jalan. Pagi ini rutenya adalah menuju ke Kota Gorontalo. melalui Bolaangmongondow Timur menyusuri jalan raya Ratahan - Kotamobagu. Jalur ke Kotamogabu dengan kontur jalan mendatar tapi kadang berkelok kelok kemudian mendaki diantara perkebunan cengkeh. Nampak di kanan kiri jalan banyak hamparan cengkeh yang sedang dijemur menyebarkan aroma segar.  Dari ketinggian pemandangan laut tampak menakjubkan. Sesekali kami berhenti sejenak sekedar melepas lelah sambil menikmati pemandangan sekaligus mendinginkan mesin Inazuma. 

Keluar dari Kotamobagu kembali menyusuri pesisir pantai sepanjang jalan Trans Sulawesi hingga ke Gorontalo. Sebelum tengah hari sudah tiba di gerbang Bolaangmongondow Selatan yang terletak di ketinggian. Menjelang senja IONer memasuki kota Gorontalo melewati pelabuhan hingga tiba di New Melati Hotel untuk bermalam. Dari catatan strava ternyata jarak tempuh riil mencapai 435 km. Wow…lumayan jauh.


Ratahan











Kamis, 17  Maret. Sebenarnya jarak Gorontalo ke Palu kurang lebih 600 km bisa ditempuh dalam satu hari dengan sedikit menambah waktu riding. Berhubung jadwal kapal penyeberangan dari Palu ke Balikpapan adalah hari Sabtu, maka kami memanfaatkan waktu 2 hari tersisa ini untuk riding agak santai dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Hari ini targetnya adalah Parigi-Moutong, sekitar 300 km dari Gorontalo. Tak seperti biasanya, kali ini sengaja start agak siangan karena Bro Alam kedatangan tamu kawan lamanya yang berbaik  hati membawakan nasi kuning untuk sarapan. Sedangkan Bro Ikhsan menyempatkan waktu untuk mengganti oli Inazumanya di bengkel. Sekitar jam setengah 10 pagi tiga Inazuma meninggalkan hotel. Hari masih pagi tapi sinar matahari terasa menyengat. Udara kota Gorontalo yang terletak di pinggir laut dan dikelilingi perbukitan terasa panas. Ketika melewati persimpangan jalan depan gerbang Bandara Djalaludin Gorontalo terdapat Monumen BJ Habibie. Nampak berdiri Patung BJ Habibie – Presiden ke 3 RI dan tokoh dirgantara yang telah mendunia - sedang memegang pesawat.

Tengah hari tiba di Marisa untuk bertemu sejenak dengan Bro Yoni biker STC. Sekitar satu jam kami mengobrol sambil santap siang ikan bakar di tepi laut kawasan wisata Pantai Pohon Cinta. Ketika hendak meneruskan perjalanan dan membayar makan siang ternyata Bro Yoni sudah membayarnya. Terima kasih banyak traktirannya Bro Yoni. Semoga tetap sehat dan sampai ketemu lagi Brader! 

Berbekal gugel map kami menemukan satu Penginapan di Moutong. Masih 145 km lagi. Gaaasss. Jalanan relatif lebih bersahabat melewati  pedesaan. Sawah yang hijau dan perkebunan menyegarkan mata. Menjelang senja tiba di gerbang perbatasan Gorontalo dan Sulewesi Tengah. Sejenak rehat sambil ngopi di warung pinggir jalan. Hari sudah gelap ketika tiba di Penginapan Mokosua di poros jalan Trans Sulawesi desa Bolano Tengah, Parigi Moutong.

 



New Melati Hotel Gorontalo

Monumen BJ Habibie, Isimu Gorontalo


Bro Yoni - STC Marisa






Batas propinsi Gorontalo-Sulteng


Jumat, 18 Maret. Tidak terasa hari ini etape terakhir perjalanan menuju Palu. Sekitar jam 7.30 pagi start dari penginapan menyusuri pesisir pantai Timur Sulawesi Tengah. Sekitar satu setengah jam perjalanan di Tomini rehat sambil sarapan disebuah warung kecil pinggir pantai di Tomini, lagi-lagi nasi kuning. Menyantap sepiring nasi kuning dan segelas kopi sambil menikmati pemandangan laut yang tenang dan perbukitan yang hijau sungguh tak ternilai. Maka nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan. Perut kenyang dan tenaga sudah pulih, langsung gas kembali hingga tengah hari beristirahat di Kasimbar untuk menunggu selesainya waktu sholat Jumat.  Cuaca siang ini cukup panas di tambah rasa kantuk yang sedari tadi membuat kepala terasa berat. Hampir satu jam istirahat. Ketika baru saja melanjutan perjalanan, tak sampai seratus meter nampak berjejer kios-kios penjual durian. Tak menyia-nyiakan kesempatan, Inazuma menepi dan diparkir. Satu demi satu durian dibelah. Wow lezat.

Puas menikmati durian, langsung gas ke Toboli untuk menemui Bro Jay Borneo – biker STC yang sudah menunggu di Warung Tiga Saudara, markas STC Lalampa – Toboli, di pertigaan jalur Parigi – Palu. Senang bisa bertemu dengan Om Jay – panggilannya. Lebih dari satu jam bercerita sambil menyantap lalampa – makanan khas setempat, ketan yang dibungkus daun dan dibakar. Masih lagi disuguhi ikan bakar dan tentu saja kopi. Luar biasa. Terimas kasih jamuannya om Jay. Panjang umur orang-orang baik. Waktu sudah mendekati jam 4 sore, tapi matahari masih sangat terik. Udara sangat panas. Ya, ini karena daerah Toboli dan Sulawesi Tengah pada umumnya tepat berada di garis khatulistiwa. Sayangnya tugu khatulistiwa di Tinombo terlewati untuk berfoto.

Dari Toboli menuju Palu sekitar 60an km melewati kawasan cagar alam Pangi Binangga. Jalan mulai menanjak berkelok-kelok, naik turun. Badan jalan lebar dan aspal cukup mulus. Tiba-tiba jalanan macet baik sisi arah ke Palu maupun arah sebaliknya. Mobil tidak ada yang bisa bergerak. Bahkan ada satu dua mobil yang terparkir di tengah jalan tanpa ada orangnya. Mungkin sang sopir kelelahan. Kabarnya ada yang sudah sejak dari pagi terjebak belum bergerak. Ternyata ada longsoran dari bukit yang menutupi jalan. Tampak beberapa orang yang secara sukarela turun dari kendaraan mengatur lalu lintas. Pak Polisi berteriak mengatur dan mengarahkan kendaraan. Satu persatu kendaraan, terutama sepeda motor dapat melintas. Pakbro Alam di depan membuka jalan melewati gundukan tanah basah yg menutupi aspal. Alhamdulillah dengan kesabaran meliuk-liuk diantara kendaraan akhirnya bisa keluar dari kemacetan dan melanjutkan perjalanan.

Hari masih cukup terang ketika memasuki kota Palu. Dan akhirnya tibalah di hotel Santika Palu untuk bermalam terakhir kalinya sebelum hari Sabtu, 19 Maret kembali ke Balikpapan sesuai jadwal. Untuk mengejar waktu, Bro Dodo pulang terlebih dahulu menggunakan pesawat udara Palu-Makasar-Balikpapan. Sedangkan bro Ikhsan dan Bro Alam tetap sesuai rencana naik kapal dari Pelabuhan Taipa ke Kariangau Balikpapan. 

Rencana tinggal rencana, ternyata dapat kabar jadwal keberangkatan kapal ditunda hingga Rabu 23 Maret dinihari. Beruntung bertemu dengan para biker NMax Palu yang membantu dan menampung Inazuma di markasnya selama menunggu jadwal kapal selanjutnya. Terima kasih banyak bantuannya brader!



Penginapan Mokosua, Parigi Moutong


Durian Kasimbar

Markas Om Jay - STC Toboli





Terjebak longsoran di kawasan Pangi Binangga


Finish di Hotel Santika Palu

Markas Nmax Palu






Akhirnya hari Senin, 21 Maret  bro Ikhsan juga menyusul terbang ke Balikpapan menggunakan pesawat. Sedangkan pakBro Alam memilih untuk menunggu di Palu sampai jadwal kapal berikutnya. Alhamdulillah, akhirnya Kamis 24 Maret, sekitar setengah empat pagi kapal sandar di Kariangau dan 3 Inazuma plus pakBro Alam tiba dengan selamat.

Bravo IONer. Mission accomplished.