Tuntas juga IMUD menyambangi empat penjuru mata angin
Kalimantan Timur. Setelah sekian lama di rencanakan, akhirnya biker IMUD menjejakan roda-roda sepeda motornya di tanah Berau sekaligus merasakan air dua
rasa di Labuhan Cermin, Biduk-Biduk. Walaupun sekarang
era digital, turing kali ini bisa dikatakan sangat manual. Hanya berbekal
ingatan peta dari mbah Google, tanpa GPS dan radio komunikasi. Mengandalkan
petunjuk jalan seadanya dan arahan penduduk sekitar yang kadang jauh dari akurat.
Dilepas oleh Pakbro
Widdi, Sunarjadi, Bayu, dan Cak Wok – rekan baru biker Halliburton, 5 orang
biker IMUD, Dodo-Inazuma, Junaidi Imud Sejati-Tiger revo, Rudi Zul Virang-
Vixion Hirang, Wawan – Vixion, Edy – Vixion, Kamis malam, 24 Maret selepas
magrib meluncur menuju pemberhentian pertama di Bontang. Sebelumnya, pagi hari
bro Untung dengan Vixion MU merah dan
bro Ilyas plus sang istri –mbak Atin sebagai boncenger dengan CB Streetfire
hitamnya telah terlebih dahulu menuju Bontang. Singgah makan malam di Loop
Corner, jl.Juanda Samarinda sebelum menuju Bontang untuk mermalam di hotel NG
dekat simpang Bontang-Sangata.
Keesokan hari,
pagi-pagi semua biker telah bersiap-siap. Cuaca sangat cerah. Seperti biasa, setelah briefing singkat dan berdoa tim langsung meluncur ke TKP yaitu Labuhan Cermin. Perkiraan
dalam kepala tim akan tiba di TKP sore atau malam hari. Rehat di Sangata, kemudian lanjut
hingga makan siang di sebuah rumah makan di km 105 jalan poros Muara Wahau –
Sangkulirang. Masuk magrib di kecamatan Kelay hujan turun lumayan deras. Sambil menunggu hujan reda sekalian makan
malam dan isi bahan bakar kendaraan. Sepertinya hujan tak ada tanda-tanda mereda. Tim
pun kembali melanjutkan perjalananan walaupun harus menerjang hujan. Jalan berliku-liku naik turun bak
roller-coaster. Kabut mulai
turun menghalangi pandangan mata rider Inazuma yang kali ini sebagai Road Captain. Dengan jarak pandang yang sangat terbatas, terpaksa para rider berjalan merayap
dengan kewaspadaan tinggi menghindari lubang-lubang jalanan yang tertutup air. Jalanan
memang sebagian besar beraspal mulus tetapi beberapa bagian rusak parah penuh
lubang-lubang menganga.
Waktu hampir tengah malam, ketika sadar ternyata
beberapa rider telah terpisah. Di depan Bro Dodo, Rudi dan Wawan berhenti. Tiba rombongan kedua ternyata
sang Sweeper – Jun Imud Sejati belum nampak juga. Sempat terlintas firasat
buruk…jangan-jangan….Hape di tengah hutan sama sekali tak berfungsi. Akhirnya dua rider Dodo dan Wawan kembali untuk mencari. Alhamdulilah…akhirnya
ketemu juga. Ternyata tiger revo mengalami ban bocor. Sabtu dini hari
memasuki kota Tanjung Redeb…lho….berarti salah jalur nih. Beruntung ada
dua orang brother vixion yang kebetulan lewat. Ternyata Labuhan Cermin masih berjarak 6 jam perjalanan lagi. Oya…disini jarak tempuh
identik dengan jam bukan kilometer. Waktu telah menunjukkan jam satu lewat.
Diputuskan untuk bermalam di kota Tanjung Redeb.
Pagi hari badan
masih terasa pegal. Mata juga masih terasa berat untuk dibuka. Akibat salah jalur, skedul molor satu hari. Rapat
darurat dilakukan untuk memutuskan apakah melanjutkan ke tujuan awal atau kembali. Ok, diputuskan lanjut ke Biduk-biduk lewat Talisayan. Setelah empat
jam perjalanan melewati jalanan penuh lubang, tiba di Talisayan sekitar waktu ashar. Memasuki Biduk-Biduk disambut pemandangan pantai dengan deretan pohon kelapa
dan langit senja, rasanya segala penat tiba-tiba menghilang. Beberapa
penginapan tampak ramai dan fullbook. Beruntung masih ada kamar tersedia di penginapan Meranti.
Hari minggu pagi,
tiba saatnya ke Labuhan Cermin dengan naik kapal penyebrangan dari pelabuhan.
Jarak tempuh ke danau Labuhan Cermin hanya sekitar 15 menit. Ternyata sudah ada lumayan banyak
pengunjung yang tiba lebih dahulu. Semakin siang semakin banyak yang datang.
Setelah puas jepret sana jepret sini dan berenang merasakan sejuknya air dua
rasa Labuhan Cermin, tim segera kembali ke penginapan untuk bersiap-siap
kembali ke Balikpapan. Beruntung bro Rudi virang berkenalan dengan dua lady
biker, Lulu dan Olvi yang akan pulang menuju Sangata melalui jalur alternatif
melalui Sangkulirang-Bengalon. Jam 12 siang tim berangkat dipandu Lulu yang
berboncengan mengendarai Honda Varionya. Jalur Biduk-biduk-Batu Putih-menuju Sangkulirang melewati
jalur perkebunan sawit. Jauh dari bayangan, 40 kilometer
lebih jalanan tanah berbatu naik turun gunung memaksa para rider berjalan
dengan kecepatan tak lebih dari 30 km/jam. Hasilnya, si Virang mengalamai
kerusakan bearing roda belakang dan
harus diperbaiki di bengkel di Pelawan, sekitar dua kilometer arah
pelabuhan penyebrangan. Cukup lama menunggu giliran untuk diseberangkan karena
tinggal satu kapal yang melayani.
Tiba di seberang menuju Sangata perjuangan
masih berlanjut karena ternyata aspal jalan raya yang sudah lenyap tak berbekas
meninggalkan bebatuan dan lubang-lubang. Makan malam di daerah Kaubun. Tiba di Sangata sekitar jam dua dini
hari. Thanks to Lulu. Akhirnya tiba kembali di hotel NG Bontang hampir setengah 4 pagi.
Etape terakhir
Bontang-Balikpapan jadi terasa ringan. Lewat tengah hari tim
meninggalkan Bontang. Singgah makan siang di RM Kenari km 40 Bontang-
Samarinda. Memasuki Samarinda posisi Road Captain diserahkan ke bro Rudi Virang yang
memandu menghindari jalur kemacetan kota Samarinda melalui jembatan Mahulu. Jam
16.30 rehat di km 54 kemudian lanjut hingga finish di ruko Bhumi Nirwana satu
jam kemudian.
Balikpapan - Samarinda - Bontang – Sangata - Wahau - Tanjung Redeb - Biduk-biduk -Sangkulirang - Sangata - Bontang - Samarinda - Balikpapan, 1500
km lagi telah dilewati.
Mission accomplished.
Day 1: Berangkaaat
|
Briefing @Ruko Bhumi Nirwana |
|
Makan malam @ Loop Corner Jl.Juanda, Smd |
|
Rehat sebelum Bontang |
|
@Hotel NG Bontang |
|
Sangata |
|
Jalan poros Muara Wahau-Sangkulirang |
|
view arah Kongbeng |
|
Menunggu hujan reda |
Day 2: Tj.Redeb - Labuhan Cermin, Biduk-biduk
|
@Tj.Redeb |
|
Keraton Sambaliung, Tj.Redeb |
|
Menuju Biduk-biduk |
|
Senja @ Biduk-Biduk |
|
Welcome |
Day 3: Labuhan Cermin, air dua rasa
|
Sunrise @ Biduk-biduk |
|
Penginapan Meranti |
|
Dermaga |
|
Ke Labuan Cermin |
|
Sebelum pulang |
Day 4: Welcome home
|
Mission accomplished |